Lalu malam seram itu pun datang
Saat aku sedang seorang
Lalu sepi malam ini
Siapa yang bisa temani?
Ternyata aku masih sama
Perlu selesai dengan diri
Menyembuhkan jiwa
Untuk kedamaian nurani
Kan ku selesaikan dengan doa
Biar Tuhan yang urus semua
Aku hanya berusaha
Sisanya Tuhan yang berkuasa
Ikatan
Apakah aku akan tertekan?
Tapi ku ingin menyempurnakan iman
Akankah terwujud di tahun depan?
Memasuki usia 24
Ingin menciptakan cemara di keluarga
Hal yang dahulu tak ku dapat
Namun, bersama siapa?
Bahkan batang hidungnya saja tak terlihat
Tapi ku suka Biru
Namun, Biru sudah terikat
Lalu bersama siapa aku?
Menyerahlah
Hentikan semuanya jika kau lelah
Buat impianmu patah
Buat Tuhanmu marah
Tidak, tak perlu buat mimpimu gugur
Berilah dirimu jeda
Ubahlah alur
Untuk mereset semuanya
Sesekali ucapkan ‘terimakasih’ pada dirimu
Ajak bicara dirimu
Tulislah resah yang ada di dirimu
Lalu lanjutkanlah hidupmu
Suara dan jenakamu buat ku jatuh
Hatiku luluh
Ku mau bersamamu sehari penuh
Namun kau sudah dimiliki
Ini sangat menyayat hati
Haruskah ku pergi?
Biar kau tetap dimiliki yang lain
Dan ku kan mencarimu pada versi manusia lain
Aamiin…
Saat guling menyamankan pipi
Mata tak terpejam tapi ku telah bermimpi
Ada bayangmu menemani
Kau hadir dalam gulita imajinasi
Tanpa fisikmu ku bisa lelap
Membayangkan tanganmu mendekap
Lalu kita bercakap-cakap
Saling menatap saat langit gelap
Jika mimpi ini Tuhan izinkan ku kan bersyukur
Imajinasi semuku ternyata tak gugur
Saat matahari terbit dari timur
Maka ku sebut ini mimpi untuk tidur…
Penantian panjang yang lelah
Rasanya sakit berdarah-darah
Cinta ini penuh dan indah
Tapi kau berkata “berhentilah!”
Sayangnya aku tak punya pilihan
Selain mengindahkan
Biar ku urus rasa di dada
Bersama perjalanan aksara
Ini sudah ketetapan-Nya
Sakitku menjadi karya
Assl kau bahagia
Aku pun kan bahagia
18 Desember 2024
suara yang ku suka, apalagi saat ia tertawa
ia tularkan bahagia
ku rasa tak hanya suara, aku suka semuanya yang ada pada dia
aku menyukainya
walau rupanya tak seberapa
tapi ku mau dia
Padahal sepi ini harusnya berkurang
Namun gelisah datang menyerang
Ku cari sang riang
Menunggu seseorang datang
Nihil!
Lagi dan lagi kulalui sendiri
Lalu aku pun bergelut dengan rasa labil
Haruskah ku hubungi?
Tak perlu
Lebih baik ku pejamkan mata
Bersama imajinasi semu
Membayangkan kau ada…
Biasanya bersama gulita akan datang resah
Dan aku mulai merasa pedih
Pedih sekali namun tak berdarah
Aku pun meringis lirih
Biasanya kan ku cari pertolongan
Kan ku telfon banyak sekali teman
Dimanakah mereka dalam kegelapan?
Tentu tak ada, aku sendirian
Itu biasanya, sekarang aku tak biasa
Malamku tak lagi berisik
Ku lalui gulita dengan bahagia
Tidurku yang membaik…
Aku tak tahu harus menyimpulkan bagaimana
Namun orang bijak berkata
”Fokuslah pada hal-hal baik, niscaya membawa lebih banyak sejahtera”
Lalu aku pun membuat perjanjian dengan diri ini
Dari puluhan ribu kata yang telah ku baca
Setiap hari kan ku buat puisi
Untuk siapa? Bukan untuk siapa-siapa
Siapa lagi selain untuk diriku?
Puisi dengan makanya yang berbeda
Kembali lagi pada tiap individu
Mari kita mulai perjalanan aksara
14 Deaember 2024
Hai, perkenalkan aku Haifa
Anak & cucu perempuan pertama di keluarga
Bagaimana rasanya?
Bagai kanvas kosong lalu kau pun mulai melukisnya
Jika tak ada pemandu maka kau tak tahu harus melukis apa
Itulah aku
Si tak tahu arah
Mencoba semuanya
Gagal pun tak terhitung ini yang ke berapa?
Sampai nanti ku temui titik-titik pencapaian itu
Dan kan ku katakan, selamat berbahagia ya?
Selamat, Allah telah menolongmu…
14 Desember 2024
